![]() |
Ilustrasi. (Foto: Okezone) |
Pengembangan teknologi ini penting, khususnya di tengah kondisi harga minyak sawit mentah yang terus menurun. Karena dengan dikembangkannya teknologi pengolahan, maka nilai ekonomis produk kelapa sawit menjadi semakin baik.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekretariat Pemprov Sumut, Sabrina mengatakan, saat ini teknologi budidaya kelapa sawit di Sumatera Utara terbilang sudah cukup baik.
Hal itu terlihat dari kapasitas produksi lahan kelapa sawit yang telah mencapai maksimal. Namun akibat kepemilikan teknologi pengolahan yang terbatas, akhirnya Sumatera Utara yang berpotensi menjadi produsen produk olahan kelapa sawit, hanya menjadi penikmat dari bisnis minyak sawit mentah.
"Sawit kan Lahan sawit kita di Sumut mencapai 7,5 juta hektare (ha). Namun sangat disayangkan, hanya ada sekira 700 pabrik kelapa sawit (PKS) di Sumut. Padahal idealnya terdapat satu PKS di setiap 7.500 ha kebun. Sehingga idealnya kita memiliki 1000 PKS. Minimnya jumlah PKS itu diikuti pula dengan minimnya hilirisasi CPO, tentunya ini karena ketiadaan teknologi. Makanya pembaruan teknologi yang lebih ramah lingkungan dan mengedepankan efisiensi industri sangat dibutuhkan," ucapnya, saat membuka pameran teknologi pengolahan kelapa sawit, Palmex Indonesia 2012, di Medan, Rabu (10/10/2012).
Sabrina menambahkan, sawit merupakan penopang pertumbuhan ekonomi bagi Indonesia, Sumut pada khususnya. Sehingga dengan dilakukannya pembaruan teknologi hilirisasi industri sawit, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia dan Sumatera Utara tentunya dapat semakin ditingkatkan. Meskipun terbilang cukup mahal, namun pembaruan teknologi ini akan membuat hasil produk olahan kelapa sawit memiliki nilai tambah cukup tinggi.
"Yang namanya industri tentunya harus sarat perubahan. Khususnya perubahan teknologi. Kita harus akui mahal, tapi ini akan membuat nilai tambahnya semakin besar bagi kita. Sawit ini kan penopang ekonomi kita, jadi kalau ada pembaruan yang lebih baik, perekonomian kita juga tentunya akan menjadi lebih baik. Meski memang masih harus ada pembaruan pula dalam beberapa hal," jelasnya.
Dia menegaskan, Pemprov Sumut telah mendorong peningkatan industri sawit di daerah ini, dengan membatasi pembukaan lahan sawit baru. Namun di sisi lain memberikan rekomendasi dan insentif terhadap perusahaan yang ingin membangun industri hilir.
"Kalau mau bangun industri hilir, pemerintah sangat terbuka tapi jika cari lahan, kami tidak merekomendasikan karena lahannya sudah tidak ada lagi. Selain itu, kita juga terus mendorong percepatan realisasi kawasan industri Sei Mangke yang disiapkan sebagai pusat industrialisasi kelapa sawit," jelas dia.
Saat ini, dia melanjutkan, sudah ada infrastruktur jalan, industri oleochemical dengan tenaga listrik dari limbah kelapa sawit sebesar 2x3,5 mw dan lainnya. Seluruhnya berdiri pada lahan seluas 140 ha. Itu di luar 600 ha tambahan pada 2013 mendatang.
"Master plan sudah siap, selanjutnya tinggal pengerjaan sarana dan prasarana. Jadi kita harap pembaruan dapat segera dilakukan, seiring dengan keberadaan Sei Mangkei itu," pungkasnya. (wdi)
0 comments:
Post a Comment