Bab
II
Kajian
Teori
A. Strategi Pembelajaran
Strategi
Pembelajaran - Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikn
sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Dalam
dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu
(Sanjaya, 2007 : 126).
Kemp
(1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dari pendapat tersebut, Dick and
Carey (1985) juga menyebutkan bahwa strategi pembelajaran itu adalah suatu set
materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk
menimbulkan hasil belajar pada siswa (Sanjaya, 2007 : 126).
Dari
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan
suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan
metide dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini
berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses
penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk
mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan
penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan
langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar
semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu
dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya.
Menurut
Djamarah (2002 : 5-6) ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih
sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
3. Memilih
dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam
menunaikan kegiatan mengajarnya.
4. Menetapkan
norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar
keberhasilan dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil
kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat
penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dari
batasan di atas, dapat digambarkan bahwa ada empat pokok masalah yang sangat
penting yang dapat dan harus dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar agar dapat berhasil sesuai dengang yang diharapkan.
Pertama,
dapat dilihat bahwa apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar
mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah, oleh karena itu maka
tujuan dari pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga mudah
dipahami oleh anak didik.
Kedua,
memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif
untuk mencapai sasaran. Dan disini dapat dilihat bahwa bagaimana cara seorang
guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang harus
digunakan oleh seorang guru dalam memecahkan masalah suatu kasus, akan
mempengaruhi hasilnya.
Ketiga,
memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif. Metode dan teknik penyajian untuk memotivasi
anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk memecahkan
masalah.
Keempat,
menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai
pegangan yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai sampai sejauh mana
keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Sehingga suatu program baru
bisa diketahui keberhasilannya setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian
dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa
dipisahkan dengan strategi dasar yang lain.
B. Macam – Macam
Strategi Pembelajaran
Menurut
Sanjaya (2007 : 177 – 286) ada beberapa strategi pembelajaran yang harus
dilakukan oleh seorang guru:
a. Strategi Pembelajaran Ekspositori
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Strategi
pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada guru, dikatakan demikian sebab dalam strategi ini guru
memegang peranan yang sangat penting atau dominan.
Dengan
menggunakan strategi ekspositori terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan di
dalam menggunakan strategi ini, yaitu:
1. Keunggulan
a) Dengan
strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan
materi pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa
menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
b) Strategi
pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang
harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk
belajar terbatas.
c) Melalui
strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui
penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran juga sekaligus siswa bisa
melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).
d) Keuntungan
lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan
ukuran kelas yang besar.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam strategi ekspositori ini dilakukan
melalui metode ceramah, namun tidak berarti proses penyampaian materi tanpa
tujuan pembelajaran. Karena itu sebelum strategi ini diterapkan terlebih dahulu
guru harus merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan terukur. Hal ini
sangat penting untuk dipaham, karena tujuan yang spesifik memungkinkan untuk
bisa mengontrol efektivitas penggunaan strategi pembelajaran.
2. Kelemahan
Disamping
memiliki keunggulan, strategi ekspositori ini juga memiliki beberapa kelemahan,
antara lain:
a) Strategi
pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki
kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak memiliki
kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang lain.
b) Strategi
ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan
kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
c) Karena
strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan
kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta
kemampuan berpikir kritis.
d) Keberhasilan
strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki
guru seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme,
motivasi dan berbagai kemampuan seperti kemampuan bertutur (berkomunikasi) dan
kemampuan mengelola kelas, tanpa itu sudah pasti proses pembelajaran tidak
mungkin berhasil.
e) Oleh
karena itu, gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu
arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa sangat terbatas pula. Di
samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki
siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
Dari
uraian di atas dapat diketahui bahwa secara umum tidak ada satu strategi
pembelajaran yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan strategi pembelajaran
yang lain, baik tidaknya suatu strategi pembelajaran isa dilihat dari efektif
tidaknya strategi tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Pembelajaran Ekspositori
b. Strategi Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran
inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini
sering juga dinamakan strategi heuristik, yang berasal dari bahasa Yunani yaitu
heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Strategi
pembelajaran inquiry merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian
karena dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam proses
pembelajaran.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa keunggulan dan
kelemahan dari strategi pembelajaran inquiry, yaitu:
1. Keunggulan
Metode
pembelajaran inkuiri merupakan strategi belajar yang banyak dianjurkan karena
strategi ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
a) Strategi
pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada
pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang, sehingga
pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.
b) Dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
c) Strategi
pembelajaran inquiry merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan
perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses
perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
d) Keuntungan
lain adalah strategi pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang
memiliki kemampuan di atas rata-rata, artinya siswa yang memiliki kemampuan
belajar baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.
2. Kelemahan
Disamping
memiliki keunggulan, strategi pembelajaran inquiry juga mempunyai kelemahan, di
antaranya yaitu:
a) Jika
strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit
terkontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.
b) Strategi
ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentuk dengan kebiasaan
siswa dalam beljar.
c) Kadang-kadang
dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang panjang sehingga sering
guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.
d) Selama
kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi
pelajaran, maka strategi pembelajaran inquiry akan sulit diimplementasikan oleh
setiap guru.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran inquiry ini
menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak
diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan
menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator
dan membimbing siswa untuk belajar.
c. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Di
dalam strategi pembelajaran berbasis masalah ini terdapat 3 ciri utama;
Pertama,
strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan siswa hanya
sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi
melalui strategi pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
Kedua,
aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
Ketiga,
pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir
deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan
tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada
data dan fakta yang jelas.
Dari
penjelasan di atas dengan menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah
juga memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan di dalam proses pembelajaran,
yaitu:
1. Keunggulan
Sebagai
suatu strategi pembelajaran, strategi pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa
keunggulan, di antaranya:
a) Pemecahan
masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b) Pemecahan
masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk
menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
c) Pemecahan
masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d) Pemecahan
masalah dapat membantu siswa bagaimana mentrasfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e) Pemecahan
masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan
bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
f) Melalui
pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
g) Pemecahan
masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
h) Pemecahan
masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
i)
Pemecahan
masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran berbasis masalah
harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada
tahapan ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap
yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus
dicapai oleh siswa, pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan atau
menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
2. Kelemahan
Di
samping memiliki keunggulan, strategi pembelajaran berbasis masalah juga
memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
a) Manakala
siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
b) Keberhasilan
strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk
persiapan.
c) Tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
d. Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan
Berpikir
Strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran
yang menekankan kepada kemampuan berpikir siswa. Dalam pembelajaran ini materi
pelajaran tidak disajikan begitu saja kepada siswa, akan tetapi siswa dibimbing
untuk proses menemukan sendiri konsep yang harus dikuasai melalui proses
dialogis yang terus menerus dengan memanfaatkan pengalaman siswa.
Model
strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah model pembelajaran yang
bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan
fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajarkan.
Dari
pengertian di atas terdapat beberapa hal yang terkandung di dalam strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir. Pertama, strategi pembelajaran ini
adalah model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir,
artinya tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran adalah bukan sekedar siswa
dapat menguasai sejumlah materi pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat
mengembangkan gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara
verbal.
Kedua,
telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan
kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada
pengalaman sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan berdasarkan kemampuan
anak untuk mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan
data yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga,
sasaran akhir strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah
kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf
perkembangan anak.
e. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Model
pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran
kooperatif yaitu: (a) adanya peserta dalam kelompok, (b) adanya aturan
kelompok, (c) adanya upaya belajar setiap kelompok, dan (d) adanya tujuan yang
harus dicapai dalam kelompok belajar..
Strategi
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem
pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai
latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda
(heterogen), sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan
memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok tersebut menunjukkan prestasi
yang dipersyaratkan.
f. Strategi Pembelajaran Kontekstual CTL
Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan
konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran
dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan
menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada
peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan,
tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta
didik belajar.
Dengan
mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang
harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu :
a) Pembelajaran
harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik
b) Pembelajaran
dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari
umum ke khusus)
c) Pembelajaran
harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara;
(b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain;
dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.
d) Pembelajaran
ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
e) Adanya
refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang
dipelajari.
g. Strategi Pembelajaran Afektif
Strategi
pembelajaran afektif memang berbeda dengan strategi pembelajaran kognitif dan
keterampilan. Afektif berhubungan dengan nilai (value), yang sulit diukur, oleh
sebab itu menyangkut kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam diri siswa.
Dalam batas tertentu memang afeksi dapat muncul dalam kejadian behavioral, akan
tetapi penilaiannya untuk sampai pada kesimpulan yang bisa dipertanggung
jawabkan membutuhkan ketelitian dan observasi yang terus menerus, dan hal ini
tidaklah mudah untuk dilakukan. Apabila menilai perubahan sikap sebagai akibat
dari proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah kita tidak bisa
menyimpulkan bahwa sikap anak itu baik, misalnya dilihat dari kebiasaan
berbahasa atau sopan santun yang bersangkutan, sebagai akibat dari proses
pembelajaran yang dilakukan guru. Mungkin sikap itu terbentuk oleh kebiasaan
dalam keluarga dan lingkungan keluarga.
Strategi
pembelajaran afektif pada umumnya menghadapkan siswa pada situasi yang
mengandung konflik atau situasi yang problematis. Melalui situasi ini
diharapkan siswa dapat mengdambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya
baik.
BAB
III
Penerapan
Dalam Pembelajaran Di Sekolah
A.
Strategi pembelajaran Ekspositori
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal.
Contohnya
adalah system kurikulum KBK. Di dalam kurikulum ini guru lebih banyak menyampaikan
materi tanpa ada feedback dari muridnya sehingga murid menjadi pasif.
B.
Strategi Pembelajaran Inquiry
Pembelajaran
inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses
berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban
dari suatu masalah yang dipertanyakan.
Contohnya
adalah guru mengadakan proses tanya jawab saat materi selesai dijelaskan. Tanya
jawab tersebut bisa berupa kuis. Dan guru biasanya memberikan materi beserta
contoh yang terbaru dan dapat dipahami oleh siswa.
C.
Straetegi Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran
berbasis masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.
Contoh
:
1. Dalam pelajaran kepenjualan, disana terdapat
teori-teori tentang kepenjualan yang menuntut siswa untuk mencatat,
mendengarkan, dan menghafal sehingga siswa aktif berpikir,
berkomunikasi, mencari dan mengolah data dan akhirnya menyimpulkannya.
2.
siswa tidak mengerti apa yang diterangkan oleh gurunya, dan disaat itu
muncullah sebuah permasalahan. Dengan demikian terjadi proses pembelajaran.
3.
observasi
D.
0 comments:
Post a Comment